Rabu, 20 Maret 2013

Next Stop

“Pemberhentian berikutnya, Halte Duren Tiga. Perhatikan barang bawaan Anda dan hati-hati dalam melangkah. Terima kasih” (versi Bahasa Indonesia)“Next stop, Duren Tiga Shelter. Check your belongings and step carefully. Thank you.” (versi bahasa Inggris)

Sepertinya untuk teman-teman yang tinggal di Jakarta, dua kalimat di atas sudah tidak asing lagi, terutama yang rutin menggunakan jasa Trans Jakarta Bus Way. Terbiasa dengan antrian panjang menunggu bis datang, terbiasa dengan dorongan dan injakan kaki ketika masuk ke dalam bis, terbiasa dengan sesak dan penuhnya kondisi di dalam bis, dan yang pasti terbiasa menyusuri jembatan penyebarangan yang terlalu bertele-tele (panjang dan mendaki....,tapi tidak apalah, mungkin sebagai wahana olahraga. Saran saya, tidak perlu dibayangkan, nanti ikutan capek.

Pernah suatu kali tiba-tiba terlintas sebuah pikiran aneh.... gimana situasinya kalau kalimat petunjuk di atas diubah seperti ini,”Pemberhentian berikutnya, halte akhirat. Perhatikan perbekalan amal Anda dan hati-hatilah dalam melangkah. Terima kasih.” Aku yakin pasti situasinya akan lebih dramatis dan menyeramkan. Apalagi ketika melihat para malaikat Allah sudah menunggu di dekat pintu untuk menimbang amal ibadah kita. Dag...dig...dug... jantung kita pasti akan berdebar sangat kencang menanti hasil penimbangan. “Dan takutlah kamu pada hari ketika tidak seorangpun dapat membela orang lain sedikitpun. Sedangkan syafaat dan tebusan apapun darinya tidak diterima dan mereka tidak ditolong.” (QS. Al-Baqarah: 48). Hari itu adalah terbukanya semua catatan amal perbuatan kita di dunia. Dan eitsss, tidak ada waktu untuk berbohong karena Allah Maha Mengetahui. “dan tidaklah mereka tahu bahwa Allah mengetahui apa yang mereka sembunyikan dan apa yang mereka nyatakan.”(QS. Al-Baqarah: 77).

Kalau kita analogikan, kondisi di dalam Bis Trans Jakarta akan mirip dengan kondisi kita nanti di padang mahsyar. Tempat dimana seluruh umat manusia dikumpulkan untuk menanti keputusan Allah. Ketika kita membekali diri kita dengan hanya sedikit amal kebaikan, maka pastilah rasa takut itu akan menghantui kita, rasa panas karena sengatan matahari yang hanya sejengkal jaraknya, lelah karena harus berdiri, dan kehausan. Mereka adalah gambaran orang-orang yang takut akan kematian dan datangnya hari akhir.“Tetapi mereka tidak akan menginginkan kematian itu sama sekali karena dosa-dosa yang telah dilakukan dengan tangan-tangan mereka. Dan Allah Maha Mengetahui orang-orang zhalim.”Dan lihatlah betapa nyamannya penumpang yang mendapatkan tempat duduk nyaman di dalam bis yang tidak penuh sesak. Semua terasa lapang, menyenangkan. Begitulah kiranya ketika kita diizinkan bersama barisan orang-orang yang mendapat syafa’at Rasulullah saw. Orang-orang yang selalu dan gemar serta ikhlas melakukan amal kebaikan. Mereka tersenyum dan selalu tersenyum, penuh dengan rasa rindu menghadap Rabbnya. “Dan orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dimasukkan ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dengan seizin Allah. Ucapan penghormatan mereka dalam surga adalah salam.” (QS. Ibrahim: 23)

Mungkin tidak ada kalimat, “Aku masih muda” ketika kita mengingat betapa unpredictable-nya waktu kematian kita, 1 detik, i menit, 1 jam, 1 hari, 1 bulan, atau satu tahun ke depan....siapa yang tahu??? Tapi sudahlah, aku tidak mau mengajak teman-teman terlalu mendramatisir suasana. Hanya mencoba mengingat dan mengevaluasi kembali kesiapan perbekalan kita untuk menghadap Sang Pencipta. Jika kau tanya padaku, niscaya kujawab,”Sungguh masih sedikit, terlalu sedikit.” Dan kau..., bagaimana perbekalanmu?”“Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).”(QS. Al-Anbiya’: 1)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar