Senin, 25 Maret 2013

Mas, no mask, please….! Jeng, no cosmetics, please…!

Manusia membuat begitu banyak pilihan dalam hidupnya. Pilihan dalam pekerjaan, pendidikan, tempat tinggal, dan yang teramat sering terdengar didiskusikan adalah pilihan dalam menentukan pasangan hidup. Tak jarang dahi jadi ikut berkerut-kerut ketika harus bertarung dengan waktu dalam membuat keputusan penting tersebut. Tak salah memang karena keputusan kita dalam memilih sesuatu dalam hidup akan mempengaruhi kehidupan kita di masa datang.Menikah…, sesuatu yang aku sendiri tak berani mengatakan sebagai suatu hal yang penting karena Ibnu Taimiyah pun memilih untuk tidak menikah karena kecintaannya pada ilmu yang luar biasa. Akan tetapi, tak semua orang adalah Ibnu Taimiyah. Aku, kau, dan semua manusia di muka bumi ini akan selalu memimpikan untuk menikah, bahkan orang-orang yang bahkan memiliki orientasi seks menyimpang. Kenapa? Karena kita manusia biasa, normal, dan memiliki fitrah untuk berdampingan dengan orang lain. Kalaulah hari ini akan begitu banyak kau temui banyak manusia belum atau bahkan memilih untuk tidak menikah, maka akan selalu ada alasan tersendiri. Jawabannya akan beragam sebanyak orang yang kau survey, dari mulai ketidaksiapan mental dan ekonomi sampai masalah nilai dan keyakinan yang dipegangnya.


Pasangan hidup…, kalau boleh kuanggap sebagai pilihan hidup, maka pasangan hidup adalah pilihan yang mungkin dianggap paling membingungkan (setidaknya oleh aku dan beberapa teman dekatku). Lebih rumit daripada mengikuti ujian seleksi perguruan tinggi atau pegawai negeri, lebih melelahkan daripada harus berlari ribuan mil (maap kalau agak hiperbolis), lebih menegangkan daripada menanti pengumuman kelulusan saat sidang skripsi. Ada yang mengatakan, “Kenapa harus dia?” ketika orang yang datang ternyata bukan yang diharapkan atau ada pula yang mengatakan,”Kenapa dia memilihku?” ketika merasa rendah diri menerima biodata yang dianggap high quality.Memilih pasangan hidup adalah pertarungan antara firasat dan istikhoroh. akan pernah setiap manusia bertemu dengan seseorang dan mengatakan,”Kayaknya dia deh.” Lumrah dan tidak ada larangan untuk merasakan itu. firasat adalah sesuatu yang terlalu manusiawi untuk dipertentangkan. Bukankah firasat itu akan diuji melalui istikhoroh si empunya. Mengenai keputusan akhir, itu adalah hak mutlak setiap orang.Menikah adalah jalan keluar dari naluri seks manusia secara halal, tempat memperoleh keturunan yang mulia, memelihara nasab yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw, menyempurnakan naluri keibuan dan kebapakan yang dimiliki manusia, mempelajari arti tanggungjawab, dan cara membuahkan tali kekeluargaan antara dua keluarga besar. Begitu indah bukan hikmahnya? Sedemikian indahnya, maka akan terlalu sayang melewatkan hidup kita yang pendek ini piihan yang salah. Meskipun anggapan benar dan salahnya pilihan kita tak bermaksud membantah takdir Allah swt. Bukankah manusia harus berusaha dengan sungguh-sungguh dalam segala hal?

“Mas, no mask please…!” adalah harapan seorang wanita bagi laki-laki yang datang meminangnya. Tak ada topeng yang menutupi. Tampillah sebagaimana adanya dirimu. Jangan mengaku kaya kalau hanya mengandalkan pemberian orang tuamu, jangan mengaku sholeh kalau shalatmu masih bolong, jangan mengaku pandai kalau belum memiliki ilmu yang cukup untuk mendidik istri dan anak-anakmu kelak. Jika belum merasa baik, maka setidaknya sampaikan niat baikmu untuk terus memperbaiki diri. Bagi teman-teman wanitaku yang belum menikah, pilihlah laki-laki tanpa topeng yang berakhlak mulia dan baik keturunannya agar bisa menggaulimu dengan baik, dan apabila mau mentalakmu, maka ia akan mentalakmu dengan baik pula. Seseorang pernah bertanya kepada Hasan bin Ali,”Saya punya seorang putri. Siapakah kiranya yang patut menjadi suaminya menurut Anda?” jawabnya,”Seorang laki-laki yang takwa kepada Allah. Sebab jika ia senang, ia akan sudi menghormatinya dan jika ia marah, ia tidak suka berbuat zhalim kepadanya.

“Jeng, no cosmetics, please…!” adalah harapan laki-laki terhadap wanita yang ingin dinikahinya. Tak ada kosmetik yang mempercantiknya sesaat saja, semu. Tampillah sebagaimana adanya dirimu, tak perlu dibuat-buat. Memang kebanyakan laki-laki menyukai wanita yang berharta, cantik menarik, berkedudukan, bernasab tinggi. Tidak salah, tapi jangan lupa lihat pula akhlak dan pendidikannya. Pilihlah perempuan yang sholehah. Siapakah wanita sholehah itu? yaitu wanita yang mematuhi agama dengan baik, bersikap luhur, memperhatikan hak-hak suaminya, dan memelihara anak-anaknya dengan baik. Pilihlah wanita yang berasal dari lingkungan terhormat dan baik keturunannya, tenang, selamat dari gangguan kejiwaan karena wanita yang demikian itu lebih bisa menyayangi anak-anaknya dan mengurus kepentingan suaminya dengan baik.Secara alami, manusia menyukai sesuatu yang baik dan indah. Apabila berhasil memiliki sesuatu yang baik dan indah, maka akan terasa tenteram, puas, dan bahagia. Tidak salah kiranya jika kita berharap memiliki pasangan hidup yang baik dan indah menurut ukuran agama kita, meskipun terkadang tidak semua aspek dapat terangkum dalam satu pribadi manusia. Berharap yang terbaik dan berusaha memperbaiki diri sebaik-baiknya. Bukankah piagam penghargaan saja diberikan bagi mereka yang berprestasi, maka pasangan hidup yang baik akan diberikan bagi orang yang baik pula. Selamat memperbaiki diri dan mencari pasangan hidup terbaik.

Suamiku, lelaki baik itu adalah dirimu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar