Judul : Cerita Di
Balik Noda – 42 Kisah Inspirasi Jiwa
Penulis :
Fira Basuki
Editor : Candra Gautama
Perancang
sampul : LOWE Indonesia
Penerbit :
Kepustakaan Populer Gramedia
Tebal : 235
halaman
Cetakan Pertama : Januari 2013
Harga : Rp. 40.000,- (Gramedia Pandanaran Semarang)
ISBN : 978-979-91-0525-7
Noda dan anak sepertinya
sahabat yang hampir mustahil terpisahkan. Dalam aktifitas bermain, makan, minum
hampir selalu ada percikan noda menyertai. Bagi seorang Ibu, kehadiran noda
berarti pekerjaan tambahan untuk segera membersihkannya. Bahkan bagi sebagian
orang, noda menjadi hal yang dihindari, semua harus selalu bersih, tak
terkecuali. Akan tetapi, kehadiran noda ternyata bila dikelola dengan baik,
akan menghimpun banyak pengalaman dan pelajaran seperti yang tertulis dalam
buku ”Cerita Di Balik Noda”.
”Ya,
hidup itu seperti baju kotor. Ketika noda dihilangkan dengan mencucinya
bersih-bersih, kita ibarat telah memasuki hidup baru, masa depan baru, dan
harapan baru. Selalu ada hikmah di dalam sepercik ”noda”.” (Fira Basuki)
”Cerita Di Balik Noda” adalah
buku yang ditulis oleh Fira Basuki. Penulis
kelahiran Surabaya, 7 Juni 1972 ini telah menghasilkan banyak buku best
seller dan buku ini menjadi karyanya yang ke-27. Buku ini berisi 42 kisah
dimana 38 kisahnya adalah hasil tulisan para peserta lomba menulis bertema
‘Cerita Di Balik Noda’ yang diprakarsai oleh Rinso Indonesia melalui jejaring
sosial Facebook. Tulisan para peserta kemudian dikembangkan oleh Fira Basuki. Fira
Basuki sendiri menyumbang 4 hasil karyanya, yaitu ”Bos Galak”, ”Sarung Ayah”, ”Pohon
Kenangan”, dan ”foto”.
Buku ini tampil dengan gaya
bahasa yang sederhana sehingga mudah untuk dicerna oleh siapa saja yang
membacanya. Saya tak menemukan satupun diksi yang membuat saya harus memutar otak
mencari maknanya. Sederhana karena mungkin kisahnya berasal dari cerita
keseharian kita. Oleh karena itu, tak sulit juga rasanya bagi pembaca untuk
menemukan lautan hikmah di dalam buku ini. Dalam setiap kisah yang ditampilkan,
kita akan menemukan banyak sekali kebijaksanaan hidup dari seorang anak. Hal inilah
yang sekaligus menjadi kekuatan utama dari buku ini. Tengoklah kisah Innez
dalam cerita Di Antara Sampah (hal. 13) yang mengajarkan kita untuk
bertanggung jawab atas segala hal yang kita perbuat. Pelajaran tentang kerelaan
kita untuk berkorban bagi orang yang kita sayangi terwakili salah satunya dalam
kisah Celengan (hal. 29). Kisah Nasi Bungkus Cinta (hal.38),
Imlek Buat Lela (141) mengajarkan kita tentang kepedulian terhadap orang
lain yang sedang tertimpa musibah atau hidup kekurangan. Kisah Untuk Papa (hal.49)
dan Perban Nenek (hal.63) mengingatkan kita untuk selalu berbuat baik
kepada orang tua. Bagi orang tua, buku ini memberi pengetahuan dan inspirasi tentang
pentingnya memberikan kebebebasan bagi anak-anak mereka dalam mengeksplorasi
dunia mereka seperti yang dikisahkan dalam cerita Koki Cilik (hal. 106).
Bagi saya pribadi, kisah yang menjadi favorit saya adalah Pohon Kenangan
(hal. 77). Pohon Kenangan menceritakan romantisme kakak beradik setelah
kepergian ibu mereka menghadap Sang Pencipta. Lihatlah bagaimana Dino berhasil
membuat Dina, adiknya mengalahkan kekhawatirannya terhadap ”kotor” untuk
kembali mengenang masa lalu mereka di atas pohon rambutan. Cerita-cerita itu
hanya sebagian kecil saja. Masih banyak cerita lain yang sayang untuk
dilewatkan. Anda dapat menikmatinya tentu dengan langsung membaca buku ini.
Namun demikian, dari segala
kelebihan yang dimiliki buku ini, tentu menurut saya masih ada beberapa hal
yang menjadi kekurangannya. Pada bagian cover buku ini, saya rasa terlalu
simpel untuk menggambarkan isi buku ini. Isi buku ini terlampau berwarna
sehingga tak cukup diwakilkan pada sebuah warna putih dengan noda berwarna
coklat di atasnya. Dalam hal pengetikan, setidaknya saya menemukan ada 3 pengetikan atau pengeditan yang salah, yaitu
:
- Pada halaman 24 baris ke-26 pada kalimat ”Kain kali, mereka berebut mencari perhatikan saya.” yang mungkin seharusnya ”Lain kali, mereka berebut mencari perhatian saya”.
- Pada halaman 55 pada baris ke-4 disebutkan bahwa Dewi adalah anak Hani dan pada hal 56 baris ke-21 disebutkan bahwa Wulan adalah adik Hendro. Hal tersebut berkebalikan dengan yang dikisahkan pada hal 57 sampai 62 dimana Wulan menjadi anak Hani dan Hendro. Kesalahan yang terjadi di 6 halaman tersebut cukup mengganggu proses membaca dan tentu menimbulkan kebingungan tentang mana yang seharusnya dituliskan.
- Pada halaman 192 baris ke-12 terdapat petikan kalimat ”Sssst... jangan menangis” yang seharusnya diberikan tanda baca ”!” sebagai kalimat perintah.
Untuk penggunaan jenis
kertas, mungkin akan lebih baik jika menggunakan yang berwarna putih bersih
sehingga terlihat mewakili Rinso sebagai pendukung terciptanya buku ini.
Kesimpulan dari buku ini adalah
bahwa orang tua memiliki peran utama dalam pengasuhan dan pembentukan
pribadi seorang anak. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun diskusi dua arah
tentang berbagai kejadian yang dialami oleh anak-anak mereka. Berikan mereka kesempatan untuk bercerita dan bantulah mereka menemukan hikmahnya. Jika hal tersebut
terbangun dengan baik, maka anak-anak akan tumbuh dengan kebijaksanaan sebagai
modal mereka mengarungi kehidupan ini. Oleh karena itu, buku ini menjadi layak dibaca
oleh siapa saja sebagai salah satu sumber referensi dalam pendidikan dan
pengasuhan anak. Selamat membaca dan menemukan hikmah di balik ”noda”.
Silahkan bagi yang ingin ikut lomba review Buku Cerita Di Balik Noda dan Berani Kotor itu Baik, masih ada kesempatan kok. Info lengkap bisa
dibuka di link berikut ini