Selasa, 23 April 2013

Hutang Yang Tak Dapat Terbayarkan


“Nduk, tolong bilang ke suamimu, maaf ya ibu ngerepotin. Ditinggal sendiri di rumah.” Sore itu, tiba-tiba ibu mengajak berbicara. Meminta maaf untuk sesuatu yang sangat biasa.
Ibu merasa sungkan karena saya harus berada di rumah ibu di Madura, meninggalkan suami sendiri di Semarang. Bukan tanpa alasan, saya harus membantu ibu merawat bapak pasca kecelakaan. Bapak sempat koma karena mengalami gegar otak sedang.
Saya sadar bapak memerlukan waktu yang lama untuk pulih kembali. Sehingga saya memutuskan untuk berhenti dari aktifitas mengajar di UPT Bahasa IAIN Walisongo. Alhamdulillah suami mengizinkan.
Jujur, tak ada yang lebih saya inginkan waktu itu kecuali berada di samping bapak, merawat beliau secara langsung di rumah sakit. Namun,  saya memiliki seorang putra yang waktu itu usianya masih 13 bulan. Akhirnya, saya hanya berada di rumah ibu, mengurus rumah, sementara ibu dan adik saya yang merawat bapak di rumah sakit.
Setelah satu bulan bapak dirawat, akhirnya kondisi bapak mulai pulih. Bapak diperbolehkan pulang ke rumah. Sebagian ingatan bapak hilang, tapi kami tetap bersyukur, bapak selamat.
Selama di rumah, bapak terus melatih fisiknya agar kembali normal. Tangan, kaki, dan mata sebelah kanan agak terganggu akibat stroke ringan. Bapak tak kenal menyerah kecuali jika kepalanya mulai pusing atau napasnya mulai terengah-engah.
Dengan kondisi yang belum stabil itu, maka banyak hal yang tidak bisa dilakukan bapak sendiri. Makan, minum, mandi, hampir semuanya membutuhkan bantuan. Saya menikmati betul hari-hari itu seolah menemukan waktu untuk membalas kebaikan bapak yang berlimpah, meski tak akan pernah bisa melunasinya.
Sakitnya bapak membuat saya bisa berlama-lama di dekat bapak dan ibu. Momen yang paling membahagiakan buat saya adalah ketika membantu bapak untuk makan. Saya menyuapi bapak sedikit demi sedikit. Biasanya perlu waktu 30 menit untuk aktifitas makannya.
Sesekali kami berbincang, bernostalgia tentang kisah yang lalu. Seolah menjadi pengobat sakitnya, bapak selalu tersenyum setiap menceritakan masa kecil saya. Rasa ”kehilangan” ketika hari pernikahan saya, juga bapak ceritakan.
Sambil menyuapi, saya sesekali memperhatikan wajah bapak. Rambutnya sebagian besar sudah memutih, kerut wajahnya makin jelas. Ah, bapak sudah setua itukah sekarang?
Saya semakin menyadari betapa banyak waktu yang terlewatkan tanpa saya di samping bapak. Menjadi dewasa dan kemudian pergi meninggalkan orang tua. Hanya mendengar suka diantara duka yang mungkin tersimpan. Melewatkan rasa lelahnya menafkahi keluarga kami.
Tiba-tiba saya bersyukur, Allah masih memberi waktu bagi saya dan suami untuk merawat bapak. Mengingatkan saya tentang hutang yang belum terbayarkan pada orang tua. Hutang yang mereka tak akan pernah menaginya kepada seorang anak karena rasa cintanya yang tulus

Kamis, 11 April 2013

Bukan Di Hatiku


“Kenapa kamu gak nikah aja sama dia? Om pikir, dia menyukai kamu atau bahkan sudah mencintai barangkali. Buktinya dia sudah ngejar-ngejar kamu 2 tahun. Ada yang membuatmu ragu?” Om Rudi mulai bertanya setelah mendengar aku bercerita.
”Apa? Menikah dengan dia, Om? Om nggak serius kan? Vi rasa itu gak adil, Om.” jawabku lantang.
”Loh, gak adilnya di mana?”
”Oke, anggaplah dugaan om benar bahwa dia menyukaiku, mencintaiku atau apalah namanya itu. Om mau Vi nikah sama laki-laki itu hanya karena dia menyukai Vi? Om mau Vi nikah sama laki-laki itu dengan mempertaruhkan semua perjuangan Vi selama ini? Om mau Vi nikah sama dia sekaligus mengambil resiko bahwa suatu saat nanti Vi harus siap melihat dia mengirimkan pesan-pesan indahnya pada perempuan lain? Mungkin dia bisa setia, Om, tapi tidak pada satu wanita. Mungkin dia menyukai Vi, tapi bukanlah yang pertama apalagi yang terakhir. Dan perjuangan Vi terlalu berharga untuk dipertaruhkan.”
”Perjuangan apa, Vi?” kali Om Rudi bertanya lebih serius.
”Laki-laki itu pernah menitipkan hati pada banyak perempuan lajang sepertiku.”
”Hah?”
***
From : Aditya
Sungguh repot hidup sendiri di perantauan, jauh dari Bunda, tak ada yang menemani. Setrikaan menumpuk, belum disetrika. Bisa nggak kasih saran gimana caranya ngerapiin baju-baju itu?

Recieved :
06:56:49 am
Today
Kubaca sms dari Kak Adit sekenanya. Aku tak kaget, ini bukan pertama kalinya. Puluhan sms berisi puisi cinta dan rayuan-rayuan indah masih tersimpan di inboxku. aku kadang heran kenapa sampai hari ini aku masih menyimpannya. Aku rasa aku hanya senang membacanya dan menyadari bahwa dia ”mengejarku”. Hatiku, sabarlah sebentar, jangan dulu menyerah, ada hati di seberang sana menunggumu.
***
Hari ini kuliah libur. Aku tak lantas pulang, aku sempatkan untuk memakai fasilitas gratis dari kampusku untuk menjelajah di dunia maya. Kubuka Yahoo Messenger, kudapati sebuah pesan yang ditinggalkan 3 menit yang lalu. Kak Aditya, nama pengirim pesan itu. Kakak kelasku saat masih kuliah S1 dan takdirlah yang membuat kami bertemu lagi di sini, di kampus ini.
Aditya_aja           : Aku boleh bertanya, Vi?
Vee_PW               : Apa?
Aditya_aja           : Lagi proseskah sama seseorang?
Vee_PW               : Nggak, belum, kenapa Kak?
Aditya_aja           : Aku mau Vina jadi istriku? Bersediakah?
Vee_PW               : Hmm..ini sudah kedua kalinya Kak Adit bertanya. Jawabanku masih sama, maaf.
Aditya_aja           : Energiku terlalu banyak terkuras untuk kamu Vin dan aku tak sedikitpun kamu pertimbangkan. Jujur, aku kecewa.
Vee_PW               :Pembahasan tantang ini sudah selesai dan Vina sudah mempertimbangkannya, maaf Kak, nggak bisa.
”Kak Adit berhentilah membayangiku. Tidak cukupkah 2 tahun kau siksa batinku. Aku hanya menyukai kata-katamu, puisimu, rayuanmu, tapi tidak padamu, tidak juga hatimu.” aku hanya bisa berkata dalam hati. Siapa yang patut dikasihani, aku atau Kak Adit? Ah, sudahlah, aku harus bertahan. Kumatikan percakapanku dengan Kak Adit via YM.
***
”Ayolah, ikut perjalanan ini sampai akhir.” Bram berusaha membujukku untuk ikut dalam perjalanannya bersama kawan-kawannya kali ini.
”Aku telpon Ibuku dulu ya, kalau diizinkan, aku akan ikut, kalau nggak, aku pulang hari ini juga.” jawabku enteng. Apa yang ada di benak laki-laki manis di hadapanku ini? Sadarkah apa yang ia lakukan barusan? Rasanya aku seperti baru saja mengenalnya. Sikapnya berbeda.
Di akhir Januari ini aku habiskan liburanku yang tak lama itu bersama rombongan Bram. Kami tak berdua, banyak kawan-kawannya ikut serta. Salah satu diantaranya juga kawan baikku. Aku hanya ingin mampir saja di rumah Rani di Semarang dan itulah alasan utamaku ikut dalam perjalanan mereka. Rencanaku, setelah itu aku akan langsung pulang ke Surabaya, ke rumah Ibu dan Bapakku. Kenyataannya, aku membiarkan diriku masuk dalam kehangatan persahabatan Bram dan kawan-kawannya. Dan ini akan jadi penyesalanku seumur hidup.
Aku mengenal Bram tiga tahun belakangan ini. Kami kuliah di kampus yang sama, hanya berbeda fakultas saja. Kami dipertemukan dalam sebuah organisasi yang sama-sama kami ikuti. Seringkali kami harus bekerjasama dalam beberapa kepanitiaan. Bram menjadi ketuanya dan aku lebih sering menjadi sekretarisnya. Pembicaraan kami selalu formal, meski ada juga canda muncul, tapi sedikit, hanya sedikit. Bram begitu sederhana dan apa adanya karena itu aku cocok dengannya sebagai teman Menjadi bagian dari perjalanan itu membuatku merasa mengenal sosok yang berbeda, aku lebih mengenal kebiasaan Bram. Selama perjalanan itu, Bram sangat memperhatikanku, sangat menjagaku. Tiap kali ia berjalan melewatiku atau mengajakku berbicara, hatiku berdesir lembut dan aku merasa hangat. Hati, rasanya aku jatuh cinta.
Aku tak bertepuk sebelah tangan, Bram menyukaiku. Aku memang tak pernah mendengarnya langsung dari mulut Bram, tapi apa yang ia ceritakan pada teman-teman dekatku seolah memberiku harapan. Mereka hanya berpesan padaku, beri Bram waktu untuk berpikir dan menyiapkan segalanya. Bram butuh ketenangan dulu sebelum memutuskan.
”Sampai berapa lama?” tanyaku penasaran pada Arum.
”Ya sabarlah, Vin. Menikah itu kan bukan perkara mudah, biarlah Bram tenang dulu. Dan kamu, banyaklah berdoa agar benar jodohmu adalah Bram.” jawab Arum menenangkanku.
Jodohku sudah dekat, sebulan lagi dan Bram akan datang padaku. Terima kasih, ya Rabb, akhirnya aku mengakhiri kesendirianku.
***
Perkenalkan, saya Fauzi. Saya mengenal Vina dari Om Rudi. Jika tidak keberatan, kita ta’aruf secepatnya.
”Maksud Om apa? Om kenal dengan Fauzi? Apa-apaan sih sms kayak gitu. Emang dia pikir ta’aruf itu kayak beli baju. Gampang banget ngomongnya.”
”Sebentar, sebentar, nanti coba om konfirmasi ke orangnya. Kamu sabar dulu ya, Vin, biar om yang selesaikan ini semua.” Om Rudi mencoba menenangkanku, tapi rasa marah itu benar-benar tak mampu kubendung. Aaghrr, makhluk macam apa Fauzi itu? Terlalu polos, tak menarik.
***
”Bram, apa kabar ya? Pernah kontak lagi gak sama dia, Rum?” tanyaku iseng.
”Belum, udah lama gak chatting atau sms-an ama dia. Kenapa? Tumben nanyain Bram.”
Arum bukan tak tahu perasaanku pada Bram. Perasaan yang semakin lama semakin dalam. Aneh, dulu ketika masih di kampus perasaanku tak pernah seperti ini pada Bram.
”Aku dapat biodata, Rum. Mau lihat nggak? Baca deh, bilang padaku, apa ada alasanku menolak dia? Namanya Fauzi, kenalan Om-ku. Aku sudah istikhoroh dan aku menemukan pertanda baik tentang dia. Secara pribadi, tak ada yang perlu aku khawatirkan. Aku juga sudah bertemu dengannya. Fauzi sederhana, tak banyak bicara, tenang, dan menurut Om Rudi, orangnya sabar dan penyayang. Gimana menurutmua?”
Tangan Arum bergetar membaca dua lembar kertas putih yang kuberikan padanya. Seolah dia yang dituju oleh surat itu. Arum hanya diam. Dilipatnya kertas berisi biodata Fauzi lalau ia kembalikan padaku. Tangan kanannya hanya mengelus pundak kananku, helaan nafasnya panjang, matanya berkaca-kaca.
”Aku berdoa yang terbaik buatmu, Vin. Kalau kamu minta pertimbanganku, maka jawabanku akan sangat subyektif. Aku sahabat Bram, sahabatmu juga. Dia baik, kamu juga baik. Tak ada yang lebih aku inginkan selain kalian bersama. Tapi aku gak tahu apa yang Allah mau buat kalian berdua.”
”Jadi...?”
”Istikhorohmu yang bisa menjawabnya.

***
”Assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam.” jawabku menerima sapaan dari orang yang sangat kunanti kabarnya belakangan ini.
”Maaf, ganggu malam-malam. Mau minta nomor HP Santi, ada gak?”
”Ada, nanti aku sms.”
”Oke, makasih ya. Eh, gimana?”
”Apanya yang gimana?”
”Lagi proseskah?”
”Hmmm...doakan aja ya, insyaallah iya. Tapi masih bingung harus gimana. Belum kasih jawaban. Jujur, gak ada satupun hal yang membuat aku keberatan menerimanya.”
”Ikuti kata hatimu, Vin. Itu aja. Oke, makasih. Assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam.” aku mengakhiri percakapan dengan Bram malam itu lewat telpon genggamku. Hanya itu yang kamu ucapkan Bram? Tak ada perjuangan lagi? Hati, aku kecewa.

***

”Wah, Vin. Tahu nggak Bram bilang apa waktu nerima undanganmu?” tanya Rivai, teman sekelasku yang kemarin kutitipi undangan untuk Bram. Aku hanya tersenyum mendengar pertanyaannya. Bukan karena aku tak ingin tahu, tapi aku hanya menjaga hatiku. Bagaimanapun aku akan menikah. Dan Bram adalah masa laluku.
”Vai, bantu aku mengumpulkan kembali serpihan-serpihan hatiku yang tercecer. Gitu katanya, Vin. Wah kayaknya Bram patah hati tuh. Kasian, nasib-nasib.”
Lagi-lagi aku tersenyum dingin menanggapi. Ahh, rasanya ingin kubungkam mulut Rivai yang telah menyindir Bram. Seandainya Bram sendiri yang mengatakan itu padaku, mungkin menamparnya adalah langkah yang tepat menurutku.

***

Malam itu, aku menatap sebuah undangan berwarna hitam, menggambarkan malam dengan hiasan bintang yang berkilau. Warna yang aneh untuk sebuah undangan pernikahan. Kubuka dengan hati-hati, sangat hati-hati seolah-olah aku tak ingin sampai ke halaman yang menampilkan nama calon mempelai.
Anindya Cahya dan Bram Agustian. Dua nama yang tak asing buatku. Kubaca dengan detil undangan itu. Beberapa detik berikutnya, hanya tatapan kosong ditemani hangatnya air mataku. Undanganmu basah, Bram, beberapa tulisannya memudar. Maafkan aku.
Sebenarnya ada nama lain, Vin. Bukan Anin. Tapi mungkin wanita itu terlalu baik untukku. Aku berharap banyak padanya, tapi ternyata takdir berkata lain. Aku terus beristikhoroh dan hanya nama Anin yang membuatku tenang. Dia juga akan menikah, Vin, tak lama lagi.

Recieved
07:34:12 pm
Today
From : Bram Agustian

Ah Bram, kamu sama saja dengan Kak Adit. Hanya menitipkan rasa pada sebuah hati yang begitu berharap cinta yang suci. Tahukah kau betapa perih menjadi alternatif pilihanmu bahkan ketika aku saat itu hanya menjadikanmu satu-satunya pilihanku.
Jika takdir telah digariskan, maka kemana lagi wajahmu akan kau hadapkan selain pada masa depan yang Allah janjikan. Kamu akan bahagia dengannya, percayalah. Doaku menyertaimu.

Sent
08:36:50 pm
Today
Messege delivered
Bram Agustian


EMBER HIJAU DAN GAYUNG KECIL UNTUK FARHAN


Kemandirian anak  adalah hal yang tak mungkin tercipta dengan instan, tak terbentuk dengan sendirinya, memerlukan proses dan bantuan dari kedua orang tuanya. Salah satu tanda dari mandirinya seorang anak adalah ketika ia menyadari kapan waktunya harus pergi ke kamar mandi untuk BAK ataupun BAB dan tahu bagaimana caranya. Toilet training adalah suatu proses yang pasti akan dilewati oleh setiap anak beserta orang tuanya. Demikian pula denganku.
Farhan, anakku kini berusia 3 tahun 3 bulan. Kini, Ia sudah bisa dikatakan lulus toilet training 95%. Untuk 5% lainnya masih kusimpan karena terkadang di malam hari, masih juga ada waktunya mengompol. Saya masih ingat dulu ketika usianya sudah mulai mendekati angka 2, Farhan masih suka BAK dan BAB di celana. Wah, sempat agak minder juga melihat beberapa teman, anaknya sudah bisa bilang kalau mau BAK atau BAB. Ditambah lagi menurut beberapa informasi yang saya dengar atau baca, ketika anak berusia 2 tahun harusnya sudah bisa lulus toilet training. Hal ini diperparah karena Farhan belum bisa bicara lancar saat itu. Oke, tak ada waktu memikirkan apa yang seharusnya terjadi, saatnya memulai perubahan.
Saya mulai mengumpulkan masukan dari teman-teman dan langsung mempraktekkan bersama Farhan. Tidak menggunakan diaper sama sekali, memantaunya dengan super tajam, dan sensitif dengan gerak-gerik anak di rumah (karena biasanya anak punya tanda tersendiri jika merasa harus ke kamar mandi). Fokus saya yang pertama adalah mengatasi kebiasaan BAK-nya yang masih sembarangan. Setelah ini berhasil baru konsentrasi pada BAB-nya. Bismillah.
Hari 1
Seperti biasanya, Farhan masih BAK  tanpa ”izin” dan saya masih harus mengepel lantai untuk membersihkan bekasnya. Tak mudah juga membaca tandanya, hiks.
Hari 2
Saya lebih memasang mata dan mengikuti kemanapun Farhan bermain. Lumayan ekstra tenaga yang saya keluarkan. Saking bersemangatnya, hampir setiap 10 menit sekali, saya bertanya,”Farhan mau (maaf) pipis?” Ketika ia mengangguk, maka dengan cekatan saya angkat ia ke kamar mandi, tapi, tidak terjadi apa-apa alias Farhan tidak BAK. Wuahhh, bagaimana ini? Akhirnya ya keluar dari kamar mandi. Setelah 3 menit keluar dari kamar mandi, Farhan ngompol di lantai. Sedih, tapi jangan putus asa, masih ada hari esok. Saya hanya mengatakan,”Mas Farhan, kalau mau pipis, bilang ke Umi ya, nanti pipisnya di kamar mandi aja.”

Hari 3
Hari ini saya harus mencari cara untuk bisa mengatasi semua ini. Lirik sana sini, mikir kesana kemari, pilihan saya jatuh pada sebuah ember berwarna hijau dan gayung kecil. Yup, keduanya akan saya pergunakan untuk mengatasi permasalahan ini. Ember hijau saya isi penuh dengan air agar Farhan mudah menjangkaunya. Gayung kecil adalah simbol dimulainya ritual BAK di kamar mandi. Di hari ketiga ini, saya mulai bisa membaca tanda-tandanya jika Farhan ingin ke kamar mandi. Ketika sudah tiba saatnya, segera saya bawa ke kamar mandi dan saya minta ia untuk duduk. Menunggu ia menyelesaikan hajatnya, saya sampaikan,”Mas Farhan, ini gayung buat Mas Farhan ya, nanti dipakai kalau Mas Farhan selesai pipis.” Kemudian saya tunjukkan bagaimana cara memakainya. Walhasil dengan sedikit kaku, Farhan akhirnya mampu menirukan contoh saya dan bisa membersihkan sendiri setelah BAK, tapi tak hanya itu, rupanya Ia mulai menyukai gayung kecilnya. Alhamdulillah. Selanjutnya, Farhan sudah mulai laporan jika akan BAK. Lucunya, Farhan makin sering ke kamar mandi, baik karena memang ingin BAK atau sekedar bermain air.
            Perlahan tetapi pasti, akhirnya Farhan mulai terbiasa dengan ritual ini. Meski masih kecolongan, tapi frekuensi ngompolnya sudah banyak berkurang. Untuk BAB, juga pelan-pelan mulai di kamar mandi. Saya sampaikan padanya untuk selalu bilang jika perutnya sudah mulai sakit sebagai pertanda ia ingin BAB. Hanya perlu waktu seminggu dan Farhan sudah terbiasa. Semakin bertambah usianya, semakin baik saja ia berproses dalam toilet training ini. Untuk para ibu, kuncinya adalah pandai menemukan ide kreatif untuk menarik hati buah hati untuk menjalani suatu aktifitas yang membawanya pada sebuah kemandirian. Semoga berhasil.

Kamis, 04 April 2013

DHA Bagi Perkembangan Otak Buah Hatiku

”Ayo, Mi kita main lagi! Kita bikin mahkota dari daun kayak kemarin yuk. Nanti kalo udah jadi, Farhan pasang di atas kepala Umi.”
”Boleh, Farhan yang bikin ya, nanti Umi bantuin aja. Yuk kita cari daunnya”
”Di dekat pohon itu ya, Mi”
”Oke”
(sepenggal percakapan dengan Farhan)

Menemani anak-anak bermain sungguh mencerdaskan. Mencerdaskan bagi sang anak sekaligus orang tuanya. Mengapa? Karena dalam bermain, orang tua tentu sudah mempersiapkan jenis permainan apa saja yang dapat diperkenalkan kepada sang anak. Permainan yang tidak hanya membuatnya anak merasa gembira, tapi juga memberi asupan bagi perkembangan otak dan saraf-saraf motoriknya. Hal ini berlaku bagiku, seorang ibu yang baru dikaruniai satu putra, bernama Farhan Abdillah. Ada begitu banyak artikel yang kukumpulkan, ada juga silaturrahmi Salah satu hal yang menjadi wajib aku pahami adalah perkembangan otak buah hati.dengan teman-teman yang kurasa punya pengalaman mendidik anak terlebih dahulu. Tujuannya hanya satu, mencerdaskan diri agar nanti mampu mencerdaskan buah hati.

Farhan kini berusia 3 tahun 4 bulan. Usia yang menurut para ahli adalah periode emas bagi seorang anak. Kita tentu sering mendengar istilah ”periode emas” tersebut. Apakah sesungguhnya periode emas  tersebut? Periode emas adalah adalah suatu periode tercepat pada pertumbuhan otak yang dimulai sejak trismester ke tiga kehamilan sampai usia 5 tahun. Pada masa itu kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi.


Stimulasi
Pada periode emas ini pertumbuhan dan perkembangan buah hati perlu mendapat perhatian para orangtua. Oleh karena itu,  sebagai orangtua, aku perlu memperhatikan jenis stimulasi yang bisa menunjang perkembangan otak Farhan. Beberapa stimulasi yang aku berikan pada Farhan adalah :
·    Membacakan buku cerita dengan tema beragam. Biasanya dalam sehari aku sempatkan 10-15 menit untuk mengajaknya membaca. Farhan akan menirukan suara bacaanku seolah-olah dia sedang membaca buku itu sendiri. Setelah selesai membaca, aku biasakan untuk mengulang cerita tersebut menurut versinya sendiri, minimal dengan bertanya siapa nama tokoh yang ada di dalam cerita dan aktifitas yang mereka lakukan.
·      Mengajari gerakan shalat, doa-doa harian, menghafal surat-surat pendek dalam Al-Quran, dan membaca Al-Quran. Anak adalah peniru ulung dan karena itulah tak sulit mengajari Farhan gerakan shalat. Setiap waktu shalat sebisa mungkin aku mengajaknya shalat meskipun tidak selalu direspon dengan baik. Untuk doa-doa harian, Farhan hafal doa sebelum dan sesudah makan atau minum, sebelum dan bangun tidur, masuk dan keuar kamar mandi, keluar rumah, sebelum belajar, untuk orang tua, dan kebaikan dunia dan akhirat. Oh ya, Farhan sudah mulai kukenalkan dengan metode IQRO’. Farhan sudah bisa mengidentifikasi sampai huruf ”Ja”. Sebelumnya Farhan hanya menghafal saja macam-macam huruf hijaiyyah.


·      Mengajarinya bernyanyi, menirukan gerakan tari dari sebuah film pendek anak-anak. Ini yang paling seru karena suara tawa lebih sering terdengar ketika Farhan belum bisa menirukan secara penuh gerakan yang kuajarkan. Menyehatkan juga karena aku jadi seperti berolahraga saja karena ikut menari.
·      Mengajarinya memegang pensil dengan benar dan menulis meski hanya berupa coretan. Ditambah dengan mengajaknya mewarnai baik dengan menggunakan pensil warna/crayon ataupun dengan pewarna makanan.
·      Membantu meningkatkan daya kreatifitasnya dengan mencoba membuat beraneka kreasi hand made dari bahan-bahan sederhana yang ada di rumah, seperti finger print dr tepung dan pewarna makanan, hiasan pintu dari kertas warna-warni, membuat lukisan tempel dari kertas atau majalah bekas. Farhan sudah mampu menggunakan gunting sejak dia berusia 2 tahun, tentu di bawah pengawasan kami sebagai orang tua.
Farhan dan smiley buatannya dari kacang
·   Membantunya bersosialisasi dengan mengantarnya bermain, mendorongnya mengenal teman-teman di sekitar tempat tinggal kami. Ini hal yang lumayan sulit karena walnya Farhan termasuk anak yang susah beradaptasi. Alhamdulillah, sekarang Farhan sudah memiliki banyak teman dan mampu bersikap dengan baik ketika terjadi pertengkaran diantara teman-temannya, mau berbagi, dan cenderung menjadi pemimpin diantara teman sebayanya. Tak lupa juga mengajarinya sopan santun ketika kepada orang yang lebih tua dengan mengucap salam, mencium tangan, dan tersenyum ketika bertemu.


Nutrisi
Stimulasi yang tepat rupanya tidak cukup bagi perkembangan otak anak. Stimulasi yang tepat harus dibarengi dengan pemberian nutrisi yang tepat pula. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah asupan nutrisi selama masa kehamilan. Asupan nutrisi yang cukup dan tepat akan membantu proses perkembangan janin, terutama perkembangan otaknya. Salah satu asupan nutrisi yang penting bagi janin adalah DHA.

Mendengar kata DHA, pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita ya. DHA (asid dokosaheksaenoik) ialah sejenis asid lemak omega-3 berantai panjang yang dapat ditemukan dalam setiap sel di tubuh kita. Ia membentuk lebih 90% lemak omega-3 dalam otak, mata dan sistem saraf pusat.  

Apakah manfaat DHA?
Manfaat DHA adalah membantu proses pematangan sel-sel otak dan bekerja saat bayi tidur. Bayi yang mendapatkan ASI dengan kandungan DHA tinggi memiliki pola tidur bayi yang nyenyak, sedangkan bila kandungan DHA pada ASI rendah, kualitas tidur bayi kurang baik. DHA menjaga selaput otak agar berfungsi sempurna dalam mengantarkan informasi dari satu sel otak ke sel otak lainnya, juga berfungsi untuk memaksimalkan daya serap dan daya ingat otak terhadap suatu informasi serta rangsangan. Manfaat DHA yang lain adalah membantu bayi untuk mengkoordinasikan mata dan tangan, DHA juga mengembangkan kemampuan motorik serta meningkatkan fokus atau perhatian. DHA diperlukan bahkan sejak bayi masih di dalam kandungan. Selama masih di dalam kandungan, janin mendapatkan DHA dari rahim ibunya. Banyaknya DHA yang diperoleh akan tergantung pada seberapa banyak DHA yang dikonsumsi oleh ibunya. Setelah bayi lahir, maka kebutuhan bayi akan DHA dapat dipenuhi dengan pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan dan sebaiknya diteruskan sampai bayi berusia 2 tahun.  Inilah salah satu hal yang patut aku syukuri karena aku dapat memberikan Farhan ASI sampai usianya genap 2 tahun.
Kebutuhan akan DHA selanjutnya dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai sumber DHA. Sehingga meskipun pemberian ASI sudah berhenti, anak akan tetap merasakan manfaat DHA. Beberapa  makanan sebagai sumber DHA, diantaranya adalah ikan salmon, telur, gandum murni, oat/oatmeal, kacang-kacangan, berry. Alhamdulillah, meski porsinya tidak banyak, tapi Farhan cukup mudah makan sayur dan ikan. Sesekali kuberikan oat sebagai selingan.

Terdapat 6 studi klinis yang membuktikan bahwa pemberian nutrisi dengan kadar DHA 17  mg /100 kkal dan ARA 34 mg/100 kkal dapat mendukung perkembangan otak dan daya tahan tubuh si Kecil, sebagai berikut :
·      Memiliki kemampuan memecahkan masalah yang lebih baik pada usia 9 bulan (studi oleh Drover, 2009). Hal ini juga terkait dengan kemampuannya dalam merencanakan, mengingat, dan fokus.
·    Memiliki ketajaman penglihatan yang lebih baik pada usia 12 bulan (studi oleh Morale, 2005). Studi ini mengevaluasi perkembangan sistem visual (retina dan otak si kecil)
·    Memiliki skor indeks perkembangan mental (Mental Development Index) lebih tinggi 7 poin di usia 18 bulan (studi oleh Birch, 2000). MDI adalah skor yang mengindikasi kemampuan si kecil dalam mengingat (memori), memecahkan masalah, membedakan dan mengelompokkan, berbicara dan berbahasa, serta kemampuan sosial.
·     Memiliki kemampuan berbahasa (skor verbal IQ) lebih tinggi 6 poin pada usia 4 tahun (studi oleh Birch, 2007). Skor verbal IQ si kecil mengindikasikan kemampuannya dalam memahami informasi serta kemampuan aritmetika dan kosa kata
·      Memiliki sistem pernapasan lebih baik pada 1 tahun pertama usianya (studi oleh Pastor, 2006)
·   Memiliki kesehatan saluran pernapasan yang lebih baik di 3 tahun pertama usianya (studi oleh Birch, 2010)

Akan tetapi, ada kalanya Farhan mengalami susah makan, terutama jika kondisi badannya sedang kurang fit. Nah kalau sudah begini, maka salah satu cara membantu memenuhi nutrisi tubuhnya adalah dengan memberikan asupan tambahan seperti Vitamin SevenSeas.

            Mengapa harus Vitamin Seven Seas ? Vitamin Seven Seas  diantaranya, mengandung DHA yang lebih tinggi 20x dibandingkan produk lain sejenis, yaitu 224 mg per 10ml, berasal dari Minyak Hati Ikan Cod di Perairan Atlantik sehingga bebas dari pencemaran, mengandung Omega-3, mengandung vitamin A, mengandung vitamin D, dan yang lebih asik, VitaminSeven Seas memiliki rasa jeruk yang disukai anak-anak, tanpa pengawet dan perasa buatan. Vitamin Seven Seas juga merupakan produk impor dari Inggris yang berkualitas tinggi.
            Ayo ibu-ibu di seluruh Indonesia, berikan stimulasi dan nutrisi penting bagi perkembangan otak buah hati kita terutama pada periode emas mereka, berikan manfaat DHA melalui pemberian Vitamin Seven Seas kepada anak-anak kita. Periode emas anak kita hanya datang sekali, maka mari mengolahnya dengan sebaik-baiknya.