Kamis, 11 April 2013

EMBER HIJAU DAN GAYUNG KECIL UNTUK FARHAN


Kemandirian anak  adalah hal yang tak mungkin tercipta dengan instan, tak terbentuk dengan sendirinya, memerlukan proses dan bantuan dari kedua orang tuanya. Salah satu tanda dari mandirinya seorang anak adalah ketika ia menyadari kapan waktunya harus pergi ke kamar mandi untuk BAK ataupun BAB dan tahu bagaimana caranya. Toilet training adalah suatu proses yang pasti akan dilewati oleh setiap anak beserta orang tuanya. Demikian pula denganku.
Farhan, anakku kini berusia 3 tahun 3 bulan. Kini, Ia sudah bisa dikatakan lulus toilet training 95%. Untuk 5% lainnya masih kusimpan karena terkadang di malam hari, masih juga ada waktunya mengompol. Saya masih ingat dulu ketika usianya sudah mulai mendekati angka 2, Farhan masih suka BAK dan BAB di celana. Wah, sempat agak minder juga melihat beberapa teman, anaknya sudah bisa bilang kalau mau BAK atau BAB. Ditambah lagi menurut beberapa informasi yang saya dengar atau baca, ketika anak berusia 2 tahun harusnya sudah bisa lulus toilet training. Hal ini diperparah karena Farhan belum bisa bicara lancar saat itu. Oke, tak ada waktu memikirkan apa yang seharusnya terjadi, saatnya memulai perubahan.
Saya mulai mengumpulkan masukan dari teman-teman dan langsung mempraktekkan bersama Farhan. Tidak menggunakan diaper sama sekali, memantaunya dengan super tajam, dan sensitif dengan gerak-gerik anak di rumah (karena biasanya anak punya tanda tersendiri jika merasa harus ke kamar mandi). Fokus saya yang pertama adalah mengatasi kebiasaan BAK-nya yang masih sembarangan. Setelah ini berhasil baru konsentrasi pada BAB-nya. Bismillah.
Hari 1
Seperti biasanya, Farhan masih BAK  tanpa ”izin” dan saya masih harus mengepel lantai untuk membersihkan bekasnya. Tak mudah juga membaca tandanya, hiks.
Hari 2
Saya lebih memasang mata dan mengikuti kemanapun Farhan bermain. Lumayan ekstra tenaga yang saya keluarkan. Saking bersemangatnya, hampir setiap 10 menit sekali, saya bertanya,”Farhan mau (maaf) pipis?” Ketika ia mengangguk, maka dengan cekatan saya angkat ia ke kamar mandi, tapi, tidak terjadi apa-apa alias Farhan tidak BAK. Wuahhh, bagaimana ini? Akhirnya ya keluar dari kamar mandi. Setelah 3 menit keluar dari kamar mandi, Farhan ngompol di lantai. Sedih, tapi jangan putus asa, masih ada hari esok. Saya hanya mengatakan,”Mas Farhan, kalau mau pipis, bilang ke Umi ya, nanti pipisnya di kamar mandi aja.”

Hari 3
Hari ini saya harus mencari cara untuk bisa mengatasi semua ini. Lirik sana sini, mikir kesana kemari, pilihan saya jatuh pada sebuah ember berwarna hijau dan gayung kecil. Yup, keduanya akan saya pergunakan untuk mengatasi permasalahan ini. Ember hijau saya isi penuh dengan air agar Farhan mudah menjangkaunya. Gayung kecil adalah simbol dimulainya ritual BAK di kamar mandi. Di hari ketiga ini, saya mulai bisa membaca tanda-tandanya jika Farhan ingin ke kamar mandi. Ketika sudah tiba saatnya, segera saya bawa ke kamar mandi dan saya minta ia untuk duduk. Menunggu ia menyelesaikan hajatnya, saya sampaikan,”Mas Farhan, ini gayung buat Mas Farhan ya, nanti dipakai kalau Mas Farhan selesai pipis.” Kemudian saya tunjukkan bagaimana cara memakainya. Walhasil dengan sedikit kaku, Farhan akhirnya mampu menirukan contoh saya dan bisa membersihkan sendiri setelah BAK, tapi tak hanya itu, rupanya Ia mulai menyukai gayung kecilnya. Alhamdulillah. Selanjutnya, Farhan sudah mulai laporan jika akan BAK. Lucunya, Farhan makin sering ke kamar mandi, baik karena memang ingin BAK atau sekedar bermain air.
            Perlahan tetapi pasti, akhirnya Farhan mulai terbiasa dengan ritual ini. Meski masih kecolongan, tapi frekuensi ngompolnya sudah banyak berkurang. Untuk BAB, juga pelan-pelan mulai di kamar mandi. Saya sampaikan padanya untuk selalu bilang jika perutnya sudah mulai sakit sebagai pertanda ia ingin BAB. Hanya perlu waktu seminggu dan Farhan sudah terbiasa. Semakin bertambah usianya, semakin baik saja ia berproses dalam toilet training ini. Untuk para ibu, kuncinya adalah pandai menemukan ide kreatif untuk menarik hati buah hati untuk menjalani suatu aktifitas yang membawanya pada sebuah kemandirian. Semoga berhasil.

2 komentar:

  1. Pasti deh ada fase "main air" hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya nih bunda, selalu ada "main airnya" ya. asik juga sih, kadang aku ikutan main air juga,hihihi

      Hapus